Depresiasi adalah penurunan
dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam
konsep akuntansi, depresiasi adalah
pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga
pengaruh waktu dan penggunaan atas
nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
Depresiasi adalah biaya non-kas yang
berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Properti yang dapat didepresiasi
harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau
dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat
tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan
sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau
mengalami pengurangan nilai dari
nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau
stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi
dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat
dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property)
seperti
mesin-mesin, kendaraan, peralatan,
furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property)
seperti tanah dan segala sesuatu
yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut
- tidak nyata (intangible).
Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
Definisi-Definisi
Basis, atau basis harga: biaya
awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak), termasuk biaya
transportasi dan biaya lain sampai
aset tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya.
Basis (harga) yang
disesuaikan: harga awal aset disesuaikan dengan kenaikan atau penurunan yang
diperkenankan. Misal: biaya
perbaikan aset dengan umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan
basis harga awal, dan kecelakanna
atau kecurian menurunkan harga awal.
Nilai (harga) buku: nilai properti
(aset) sesuai dengan laporan akuntansi, yang mewakili jumlah modal yang masih
diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan harga awal (termasuk segala
penyesuaian) dikurangi dengan pengurangan karena depresiasi. Nilai buku suatu
aset pada akhir
tahun ke-k dirumuskan dengan:
|
Nilai buku k basis
harga yang disesuaikan - pengurangan depresiasi.
Harga pasar: nilai yang dibayar
seorang pembeli kepada penjual aset dimana masing-masing mendapatkan keuntungan
dan bertindak tanpa paksaan.
Periode perolehan kembali (recovery
period): jumlah tahun dimana basis (harga) suatu aset diperoleh kembali melalui
proses akuntansi. Disebut juga umur manfaat (klasik) atau kelas properti atau
umur kelas.
Tingkat perolehan kembali:
persentase untuk setiap tahun periode perolehan kembali, yang digunakan untuk
menghitung pengurangan karena depresiasi tahunan.
Nilai sisa: perkiraan nilai
aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jula suatu aset jika tidak
lagi digunakan untuk proses produksi oleh pemiliknya.
Umur manfaat: perkiraan periode
waktu pemakaian aset (properti) dalam kegiatan produktif atau untuk
menghasilkan pendapatan.
3 Metode Perhitungan Depresiasi
Secara umum, metode perhitungan
depresiasi dibagi dua, yaitu:
1. Metode klasik, terdiri dari:
a. Metode garis lurus
(straight-line, SL)
b. Metode declining balance (DB)
c. Metode sum-of-the-years-digits
(SYD)
2. Sistem perolehan biaya
dipercepat termodifikasi (Modified Accelerated Cost Recovery System,
MACRS)
Ø Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa aset
terdepresiasi secara konstan setiap tahunnya selama umur manfaatnya.
Cara Penyusutan : - Linier
- Cembung
- Cekung
1. Garis Lurus (Linier)/Straight
Line Depreciation
|
Atau
dimana:
N = umur manfaat
B = basis harga, termasuk
penyesuaian
dk = pengurangan depresiasi pada
tahun ke k (1 ≤ k ≤ N)
BVk = nilai buku pada akhir tahun ke
k
SVN = perkiraan nilai sisa pada
akhir tahun ke N
*
k d = depresiasi kumulatif selama tahun ke k
Contoh 1:
I
= 100 jt
L
= 20 jt
N
= 5 Th
dn = d= (100 jt - 20 jt):5 = Rp 16
jt
- Depresiasi s/d tahun ke-3 = D3 = 3
d = 3 x Rp 16 jt = Rp 48 jt
- Nilai buku tahun
ke-3 B3 = I – D3
= 100 jt – 48 jt
= 52 jt
Ø Metode Declining Balance
Disebut juga metode persentase
konstan atau formula Matheson, dengan asumsi bahwa biaya depresiasi tahunan
adalah suatu persentase yang tetap dari nilai buku awal tahun. Mengalikan nilai
buku tahun sebelumnya dengan suatu faktor yang lebih kecil dari pada 1
Depresiasi suatu aktiva tetap
dilihat dari anggapan bahwa aktiva tetap baru sangat besar peranannya
dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut semakin lama
semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tetap tersebut. Nilai
sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Satu-satunya
metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.
Pembelian melewati tanggal 15 bulan
berjalan, depresiasi dihitung pada bulan berikutnya.
Rumus Depresiasi Saldo Menurun :
= {
(100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku
Ilustrasi
: PEMBELIAN AWAL TAHUN
CV. Matahari Fajar membeli peralatan
pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,- dengan nilai sisa
diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan. Umur ekonomis 4 tahun ( nilai
sisa tidak digunakan hanya jebakan saja).
Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 }
x Rp. 50.000.000
=
Rp. 25.000.000,-
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2007 :
D :
Beban Depresiasi-Peralatan= Rp. 25.000.000,-
K :
Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 25.000.000
Depresiasi
2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2008 :
D :
Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
K :
Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 12.500.000
Depresiasi
2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2009 :
D :
Beban Depresiasi-Peralata=Rp. 6.250.000
K :
Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 6.250.000
Depresiasi
2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2010 :
D :
Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
K :
Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp.6.250.000
Ilustrasi
: PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
UD. Halimun Pagi membeli mesin bubut
pada tanggal 23 September 2006 seharga Rp. 30.000.000 umur 4 tahun.
Depresiasi 2006 = {(100%/4)x 2 } x
3/12 x Rp.30.000.000 = Rp. 3.750.000
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2006 :
D :
Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.750.000,-
K :
Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.750.000,-
Depresiasi
2007 = 50% x (Rp. 30jt-3,75jt) = Rp.13.125.000
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2007 :
D :
Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 13.125.000
K :
Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 13.125.000
Depresiasi
2008 = 50% x ( Rp.30jt-3,75jt-13,125jt)= Rp. 6.562.500
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2008 :
D :
Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 6.562.500
K :
Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 6.562.500
Depresiasi
2009= 50% x (Rp.30jt-3,75jt-13,125jt-6,5625jt)=Rp. 3.281.250
Jurnal
pada tanggal 31 Desember 2009 :
D :
Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K :
Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.281.250
Depresiasi
2010 = Rp. 3.281.250 ( sisanya saja)
Jurnal
pada tanggal 30 September 2010 :
D :
Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K :
Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp3.281.250
STRAIGHT LINE DEPRECIATION .
Istilah lain dari metode garis lurus
adalah straigt line method, di dalam metode ini beban penyusutan aktiva tetap
pertahunnya akan sama sampai akhir umur ekonomis aktiva tetap tersebut.
Rumusnya:
Bagaimana sih penyusutan nilai
aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus itu?
Dengan metode garis lurus, beban penyusutan tiap tahun
penggunaan aktiva tetap jumlahnya sama. Dengan demikian jumlah penyusutan tiap
tahun dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = (HP – NR)/n
Keterangan
HP = Harga
Perolehan Aktiva Tetap
NR = Nilai
Residu atau Nilai Sisa
n = Taksiran
Usia Ekonomis Aktiva Tetap
Contoh:
Pada tanggal 5 April 2000 dibeli sebuah mesin dengan
harga perolehan Rp 13.000.000,00. Usia kegunaan mesin tersebut ditaksir selama
8 tahun dan nilai residu Rp 1.000.000,00. Penyusutan tiap tahun penggunaan
mesin dari data di atas, dihitung sebagai berikut:
Penyusutan =
|
Rp13.000.000,00
– Rp1.000.000,00
|
=
Rp1.500.000,00
|
8
|
Beban penyusutan mesin tahun 2000
adalah sebesar :
Penyusutan = 9/12 x Rp
1.500.000,00 = Rp 1.125.000,00.
Mengapa 9/12?? Karena dari 12
bulan yang ada pada tahun 2000, mesin hanya beroperasi selama 9 bulan, yakni
mulai bulan April hingga bulan Desember.
Jumlah inilah yang dicatat pada
tanggal 31 Desember 2000 dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Des 31 Beban Penyusutan Mesin Rp 1.125.000,00
Akumulasi penyusutan Mesin Rp 1.125.000,00
Beban penyusutan mesin untuk setiap
periode penggunaannya adalah sebagai berikut:
No.
|
Thn
|
Perhitungan
beban penyusutan thn berjalan
|
BebanPenyusutan thn
berjalan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai Buku
Aktiva
|
1.
|
2000
|
9/12 x
Rp1.500.000,00
|
Rp1.125.000,00
|
Rp 1.125.000,00
|
Rp11.875.000,00
|
2.
|
2001
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 2.625.000,00
|
Rp10.375.000,00
|
3.
|
2002
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 4.125.000,00
|
Rp 8.875.000,00
|
4.
|
2003
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 5.625.000,00
|
Rp 7.375.000,00
|
5.
|
2004
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 7.125.000,00
|
Rp 5.875.000,00
|
6.
|
2005
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 8.625.000,00
|
Rp 4.375.000,00
|
7.
|
2006
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp10.125.000,00
|
Rp 2.875.000,00
|
8.
|
2007
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp11.625.000,00
|
Rp 1.375.000,00
|
9.
|
2008
|
3/12 x
Rp1.500.000,00
|
Rp 375.000,00
|
Rp12.000.000,00
|
Rp 1.000.000,00
|
Akumulasi penyusutan mesin setelah
habis usia penggunaannya adalahRp12.000.000,00
Aktiva tetap dalam akuntansi adalah
aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis
aktiva berwujud ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam operasional dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktivat tetap antara lain adalah properti,
bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur,
perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Kecuali tanah atau lahan, aktiva
tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Pada
umumnya, banyak perusahaan menggunakan dasar perhitungan penyusutan menggunakan
metode garis lurus karena dianggap mudah dan sederhana. Rumus perhitungan
penyusutan metode garis lurus adalah sebagi berikut :
=
(Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (dalam hitungan bulan)
NB:
Dikarenakan
banyaknya pertanyaan yang masuk seputar perhitungan penyusutan per bulan dan
akumulasi penyusutan, berikut saya tambahkan tulisan ini. Semoga bisa sedikit
lebih membantu anda dalam menyelesaikan kasus.
Bagi
yg msh mengalami kesulitan mengetahui besarnya penyusutan suatu barang; anda
hrs mengetahui tanggal/bulan/tahun pembelian sehingga didapat perhitungan yang
tepat. Apabila tanggal/bulan/tahun tdk didapat, minimal anda harus mengetahui
bulan dan tahun pembeliannya.
Rumus
perhitungannya penyusutan per bulannya adalah sbb:
Bagi
mereka yg menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
=
(Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis
Bagi
mereka yg tdk menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
= Harga
Perolehan : umur ekonomis
Namun
bagi anda yang ingin menghitung penyusutan harta yang telah berjalan (pembelian
terdahulu), caranya adalah sbb :
1.
Hitung terlebih dahulu besarnya penyusutan per bulan
2.
Kalikan nilai penyusutan per bulan dg banyaknya bulan yg sudah berjalan,
sehingga didapat akumulasi penyusutannya
Contoh
kasus :
Pd
tanggal 1 Januari 2012 telah dibeli kendaraan senilai 100jt, perusahaan telah
menentukan umur ekonomis adalah 5 tahun dengan nilai residu 1jt, hitunglah
akumulasi penyusutan kendaraan sampai dengan bulan April 2012.
Jawabannya
adalah sebagai berikut :
1.
Hitung penyusutan per bulan terlebih dahulu
=
100jt – 1jt : (5×12)
=
99jt : 60 bulan
=
1.650.000
2.
Hitung akumulasi penyusutan dari bulan Januari – April 2012 (4 bulan)
=
1.650.000 x 4
=
6.600.000
SUM
OF YEARS DEPRECIATION
Istilah
dari metode ini adalah sum of the years digit method, besarnya penyusutan
aktiva tetap berdasarkan metode jumlah angka tahun mengalami penurunan jumlah
tiap tahunnya.
Bagaimanakah penyusutan aktiva tetap
dengan menggunakan metode jumlah angka tahun itu?
Dengan metode ini penyusutan untuk setiap tahun jumlahnya
menurun. Penyusutan setiap tahun penggunaan aktiva tetap, dihitung sebagai
berikut:
Penyusutan
=
|
Sisa usia
aktiva tetap pada tahun penggunaan
|
x (HP –
NS)
|
Jumlah angka
tahun usia aktiva tetap
|
Keterangan:
HP = Harga
Perolehan Aktiva Tetap
NS = Nilai
Residu atau Nilai Sisa
Jumlah angka tahun aktiva tetap
dapat dihitung menggunakan rumus:
n(n+1)/2
dimana, n adalah umur ekonomis
aktiva tetap
Contoh:
Pada tanggal 10 Juli 2000 dibeli
sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 6.500.000,00. Taksiran usia ekonomis 5
tahun dan nilai residu Rp 500.000,00.
Jumlah angka tahun = 5(5 + 1)/2 = 15
Jumlah yang harus disusutkan =
Rp6.500.000,00 – Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas,
dihitung sebagai berikut:
Angka tahun
|
Sisa umur
|
Perhitungan
Penyusutan
|
Penyusutan
|
1
|
5
|
5/15 x
Rp6.000.000,00
|
Rp2.000.000,00
|
2
|
4
|
4/15 x
Rp6.000.000,00
|
Rp1.600.000,00
|
3
|
3
|
3/15 x
Rp6.000.000,00
|
Rp1.200.000,00
|
4
|
2
|
2/15 x
Rp6.000.000,00
|
Rp 800.000,00
|
5
|
1
|
1/15 x
Rp6.000.000,00
|
Rp 400.000,00
|
Pada periode 2000, mesin
dioperasikan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Juli sampai dengan Desember
2000. Dalam hal ini aktiva tetap yang dioperasikan 15 hari atau lebih pada
bulan pertama, bulan pertama dapat dianggap dioperasikan satu bulan penuh.
Dengan demikian beban penyusutan periode 2000 adalah sebesar:
6/12 x Rp
2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
sedang beban penyusutan tahun 2001
dihitung :
dari tahun ke 1:
6/12 x Rp 2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
dari
tahun ke 2: 6/12 x Rp 1.600.000,00 = Rp 800.000,00
Jumlah Rp1.800.000,00
Demikian pula beban penyusutan tahun
2002 dihitung seperti diatas. Beban untuk setiap periode, setelah dihitung
seperti diatas, akan tampak seperti dalam tabel berikut ini:
No.
|
Periode
|
Perhitungn
beban penyusutn thn berjalan
|
Beban
penyusutan thn berjalan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai Buku
Aktiva
|
1.
|
2000
|
6/12 x
Rp2.000.000
|
Rp1.000.000
|
Rp1.000.000
|
Rp5.500.000
|
2
|
2001
|
6/12 x
Rp2.000.000
6/12 x
Rp1.600.000
|
Rp1.800.000
|
Rp2.800.000
|
Rp3.700.000
|
3
|
2002
|
6/12 x
Rp1.600.000
6/12 x
Rp1.200.000
|
Rp1.400.000
|
Rp4.200.000
|
Rp2.300.000
|
4
|
2003
|
6/12 x
Rp1.200.000
6/12 x
Rp 800.000
|
Rp1.000.000
|
Rp5.200.000
|
Rp1.300.000
|
5
|
2004
|
6/12 x
Rp 800.000
6/12 x
Rp 400.000
|
Rp 600.000
|
Rp5.800.000
|
Rp 700.000
|
6
|
2005
|
6/12 x
Rp 400.000
|
Rp 200.000
|
Rp6.000.000
|
Rp 500.000
|
Jumlah-jumlah pada kolom beban
penyusutan akan dicatat debit pada akun “Beban Penyusutan Mesin” dan kredit
pada akun “Akumulasi Penyusutan Mesin” setiap akhir periode masing-masing.
Dengan demikian saldo akun “Akumulasi Penyusutan Mesin” akan bertambah setiap
akhir periode, sehingga setelah habis masa penggunaan mesin akun tersebut akan
menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 6.000.000,00.
UNIT
PRODUKSI DEPRESIASI
Depresiasi/Penyusutan Aktiva Tetap
Unit of Production Method
Kapasitas produksi suatu aktiva
tetap dijadikan pedoman dalam penentuan besarnya depresiasi, dan besarnya
produksi yang dilakukan dalam kapasitas produksi tersebut merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung depresiasi.
Rumus menghitung depresiasi :
Tarif
depresiasi =
Harga
perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi
Ilustrasi
:
PT Garuda Nusantara membeli mesin
penggilingan padi seharga Rp.10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras,
umur 4 tahun. Adapun perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15 ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun
3 : 20 ton
Tahun
4 : 5 ton
Jawab
:
Depresiasi
tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal
pada akhir tahun ke 1 :
D :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K :
Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi
tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal
pada akhir tahun ke 2 :
Beban
Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi
Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi
tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal
pada akhir tahun ke 3 :
D :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K :
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi
tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal
pada akhir tahun ke 4 :
D :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K :
Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
DEPLESI
Deplesi
adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami
dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi
geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan
pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih
besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Deplesi terkadang juga di gunakan
dalam ilmu biologi sebagai penganti istilah penyusutan, berkurangnya jumlah
suatu senyawa organik yang terjadi dalam sel. Kata deplesi digunakan jika
penyusutan yang terjadi tidak bersifat merugikan tetapi mempunyai manfaat bagi
bagian-bagian yang menerima hasil dari penyusutan tersebut.
Dalam ilmu akuntansi yang merupakan
bagian ilmu yang paling banyak menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan
sebagai alokasi biaya yang diperolehan sumber-sumber alam ke
periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung
dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi
jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi
adala sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui berhubungan erat dengan sektor
pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya pasti merujuk pada
perhitungan akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu,
tafsiran perolehan, dll.
Ilustrasi 1 :
PT
Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,-
Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang.
Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang
dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D :
Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K :
Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya
deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Ilustrasi
2 :
Pada
tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi
seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp. 20 milyar. Hasil
survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat
diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses
pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah
ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3
juta ton bijih besi yang terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000
ton bijih besi berhasil ditambang.
Instruksi:
Hitunglah
beban deplesi tahun 20A dan 20B
Solusi
:
Beban
Deplesi tahun 20A :
Harga
sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan
lahan jalan............Rp 750.000.000,-
Jumlah..................................Rp.80.750.000.000,-
Estimasi bijih besi dalam ton =
2.000.000 ton
Biaya
deplesi per ton Rp. 40.375,-
Beban
Deplesi Tahun 20A =
*
50.000 ton x Rp. 40.375 = Rp. 2.018.750.000,-
Beban
Deplesi tahun 20B :
Harga
sumber daya (neto) Rp. 80.750.000.000,-
Beban
Deplesi tahun 20A... Rp. 2.018.750.000,-
Sisa
pada awal tahun 20A...Rp. 78.731.250.000,-
Sisa
bijih besi setelah survey ( ton) = 3.125.000 ton
(
3.000.000 + 125.000)
Biaya
Deplesi per ton Rp. 25.194,-
Biaya
deplesi tahun 20B =
*
125.000 ton x Rp. 25.194,- = Rp. 3.149.250.000,-